Kamis, 15 Januari 2009

Uang Pecahan Triliunan Diluncurkan

Nurul Qomariyah - detikFinance


Uang di Zimbabwe (Foto: Reuters)

Harare - Uang triliunan mungkin tidak akan pernah kita pegang. Tapi di Zimbabwe, orang bakal terbiasa memegang uang dalam denominasi triliunan. Kaya banget?Bukan. Bank Sentral Zimbabwe terpaksa mengeluarkan uang dengan denominasi triliun karena hiperinflasi yang sedang melanda negara miskin itu. Zimbabwe baru-baru ini bahkan merilis mata uang dengan denominasi 100 triliun dolar, yang sebenarnya hanya setara dengan US$ 300 atau sekitar Rp 3,3 juta. Bank Sentral Zimbabwe juga memperkenalkan tiga mata uang dengan denominasi 10,20 dan 50 triliun dolar. "Dalam rangka menjamin masyarakat bisa mengakses seluruh uangnya di bank, maka Bank Sentral Zimbabwe memperkenalkan mata uang baru yang akan beredar secara bertahap, dimulai dengan 10 triliun dolar," ujar bank sentral Zimbabwe dalam pernyataannya seperti dikutip dari AFP, Jumat (16/1/2009).Seiring terjadinya hiperinflasi, nilai tukar mata uang Zimbabwe memang turun sangat sangat tajam. Mata uang yang dikeluarkan sebelumnya dalam denominasi jutaan dan miliaran ternyata tak cukup untuk mengatasi hiperinflasi yang melanda negara miskin itu.Keluarnya mata uang dalam denominasi triliunan dolar itu terjadi hanya sepekan setelah Bank Sentral Zimbabwe mengeluarkan mata uang dalam denominasi miliaran yakni 10,20 dan 50 miliar dolar. Sayangnya, mata uang berdenominasi miliar itu lagi-lagi tak cukup untuk bisa menahan hiperinflasi.Data pemerintah Zimbabwe sebelumnya menyatakan bahwa tingkat inflasi pada Juli mencapai 231 juta persen. Namun sebagian ekonom meyakini angkanya lebih tinggi lagi. Dengan mata uang yang bergerak gila-gilaan, maka tak heran mulai dari penjual sayuran hingga provider seluler mematok harga dengan mata uang asing. Hal itu dilakukan untuk menghindari kerugian.Bank Sentral Zimbabwe juga telah mengeluarkan izin untuk 1.000 toko menjual barang-barang dalam mata uang asing, dengan tujuan menghindari pebisnis kekurangan mata uang asing yang dibutuhkannya untuk mengimpor barang-barang. Bagi penjual yang tetap bertransaksi dalam mata uang asing sementara belum mendapatkan izin, akan ditangkap.Dengan kondisi tersebut, tak heran 80% masyarakat Zimbabwe hidup dalam kemiskinan. Bahkan dokter, suster atau pekerja rumah sakit pun terkadang tak punya uang untuk membeli obat-obatan. Air bersih susah, sementara listrik pun byar pet.(qom/ir) --> Artikel diambil dari www.detik.com

Kamis, 01 Januari 2009

Catatan Akhir Tahun 2008 dan Pengantar 2009 : Insyaallah Dinar Tetap Unggul…




Written by Muhaimin Iqbal
Thursday, 01 January 2009 08:23

Tahun 2008 adalah tahun haru biru pasar finansial global yang tentu juga berdampak serius pada pasar Indonesia. Kemarin saya baca di Kompas (31/12) pesan Ibu Menteri Keuangan RI agar tidak menyesali apa yang terjadi di pasar modal di Indonesia sepanjang 2008.

Pesan tersebut penting karena Ibu Menteri tentu ingin menyemangati pasar modal yang mengalami keterpurukan luar biasa. Berdasarkan data harian tersebut IHSG akhir 2008 telah anjlog 51.4% dibandingkan dengan IHSG tahun sebelumnya.

Sementara itu data inflasi (year on year) yang saya akses melalui situs B.I. pagi ini masih menunjukkan posisi inflasi per November 2008 sebesar 11.68% dari yang semula ditargetkan hanya 5%.

Di sisi lain Dinar 2008 di GeraiDinar.Com ditutup pada harga Rp 1,345,680/Dinar atau mengalami kenaikan sekitar 23% dibandingkan dengan penutupan akhir tahun lalu yang berada pada angka Rp 1,090,100/Dinar.

Apa makna ini semua bagi investasi dan proteksi nilai atas kekayaan Anda ?.

Jelas bahwa Dinar emas kembali mengukuhkan keunggulannya ditengah krisis finansial global yang saat ini masih berlangsung, dan belum jelas akan sampai kemana krisis ini membawa kita.

Kita bisa bandingkan dengan mudah melalui contoh berikut : seandainya kita punya uang Rp 3.3 juta untuk investasi akhir tahun lalu; lalu kita bagi tiga uang tersebut masing masing Rp 1,100,000 dan diinvestasikan di saham, deposito dan Dinar, mka menjadi berapa uang kita sekarang ?.

Yang di saham, uang kita akan tinggal Rp 534,600. Yang di deposito menjadi Rp 1,177,000 (asumsi bagi hasil bersih 7%) dan yang dibelikan Dinar menjadi Rp 1,345,680.

Contoh diatas menujukkan bahwa investasi kita di saham paling tinggi risikonya, sedangkan di deposito cukup aman tetapi hasilnya jelas tidak dapat mengimbangi inflasi. Dinar selain aman juga jelas dapat mengungguli inflasi.

Apakah naiknya harga Dinar dalam Rupiah hanya karena faktor penurunan nilai Rupiah ?. Sebagiannya memang demikian, dan inilah fungsi proteksi nilai itu. Dikala daya beli Rupiah menurun, Dinar atau emas otomatis menyesuaikan nilainya terhadap Rupiah sehingga Dinar tidak pernah kehilangan daya belinya.

Tetapi tidak juga hanya terhadap Rupiah; bahkan terhadap US$ yang mengalami penguatan terhadap mata uang kertas lainnya secara luar biasa sepanjang tahun 2008 –pun Dinar tetap lebih unggul. Pada akhir tahun 2007 nilai tukar Dinar terhadap US$ adalah US$ 117/Dinar, akhir 2008 nilai tukar tersebut menjadi US$ 122/Dinar atau masih mengalami kenaikan sebesar 4%.

Dari data harga emas dunia sepanjang tahun 2008, dan nilai tukar US$ terhadap mata uang lain (dalam hal ini Rupiah) seperti yang saya sajikan di grafik disamping kita bisa baca polanya yang cukup jelas. Harga emas bergerak berlawanan dengan nilai tukar US$. Pada saat nilai tukar US$ naik, harga emas turun dan sebaliknya.

Koefisien korelasi keduanya berada pada angka sekitar minus 0.65; artinya jauh lebih sering gerak berlawanan arah ini terjadi dibandingkan dengan gerak yang searah.

Pemahaman atas pola ini akan dapat membantu kita memperkirakan apa yang akan terjadi di tahun 2009.

Pada tulisan saya pekan lalu tentang permainan uang kertas, saya sudah sajikan grafik supply uang M1, M2 dan M3 untuk US$. M1 yang naik drastis untuk sementara belum berdampak pada inflasi yang serius karena M3-nya masih menurun.

M3 menurun karena pinjaman antar bank dan sejenisnya macet yang berdampak pada macetnya industri dan gelombang pemutusan hubungan kerja. System keuangan ribawi mengandalkan proses money creation ini untuk mambangun likuiditas.

Singkatnya untuk mendorong ekonomi berputar, M3 akan segera dipompa naik kembali – yang akan berdampak pada penurunan nilai tukar US$ terhadap mata uang lain. Berdasarkan grafik diatas, kalau US$ turun – emas naik, maka inilah yang insyaallah akan terjadi di tahun 2009 ini.

Ada banyak analis yang tidak sepaham dengan analisa saya ini tentu, dan ini wajar saja – namanya juga analisa hasilnya tidak harus sama.

Namun yang ingin saya komentari adalah pendapat analis yang menyatakan bahwa, tahun 2009 ini ketika ekonomi mulai pulih dan bursa saham kembali bergairah – maka dana investasi akan kembali mengalir menuju bursa saham dan mengurangi dana yang diinvestasikan ke emas – dampaknya harga emas akan turun.

Meskipun analisa tersebut mungkin juga benar, tetapi pendapat saya sendiri tetap sebaliknya. Mengapa ?.

Perusahaan-perusahaan yang tahun 2008 terpukul krisis, baru akan menyampaikan laporan tahunannya ke publik pada kwartal 1 tahun 2009. Karena selama krisis dapat diduga laporan keuangan perusahaan-perusahaan ini akan lebih banyak buruknya dari pada baiknya, maka setelah para investor melihat laporan-laporan keuangan tersebut daya tarik untuk investasi di bursa saham akan menurun – bukan menaik.

Kalau kinerja perusahaan-perusaahaan publik ini tidak segera membaik di tahun 2009 ini ( dan kemungkinan membaik ini juga kecil karena krisis finansial belum akan segera sembuh), maka dengan apa bursa saham akan menarik investor balik ke saham ? Saya tidak melihat jawaban yang mudah untuk ini.

Selama ini memang banyak faktor lain – di luar faktor fundamental kinerja perusahaan - yang dapat mendorong investor berburu saham. Namun setelah apa yang terjadi di tahun 2008 lalu dimana IHSG anjlog 51.4% dan kurang lebih demikian pula index-index bursa saham dunia, maka para investor akan lebih cerdas kedepan.

Selamat tahun baru 2009, dan selamat menjadi investor yang cerdas…