Senin, 25 Maret 2013

Golongan Kanan Yang Memberi Makan

Golongan Kanan Yang Memberi Makan …

Di situs resminya Food and Agricultural Organization (FAO), ada dimuat sebuah dokumen yang berjudul “Feeding The World” – memberi makan bagi dunia. Yang menarik dalam dokumen tersebut terungkap bahwa, bila produksi makanan di seluruh dunia didistribusikan merata – maka setiap orang di dunia  akan mendapatkan jatah 5,359 kcal/ hari. Padahal kebutuhan calorie rata-rata menurut UK Health Department misalnya bagi wanita hanya 1,940 kcal/hari dan 2,550 kcal/hari untuk pria. Jadi produksi makanan di dunia sebenarnya cukup untuk memberi makan lebih dari dua kali penduduk dunia saat ini !

Tetapi mengapa kenyataannya sekarang ada sekitar 1 milyar penduduk dunia kelaparan ? Rupanya bukan pada masalah kekurangan produksi sebenarnya, tetapi lebih kepada masalah distribusi. Bahan makanan diproduksi secara berlebih di daerah yang mampu, kurang tersalurkan secara efektif ke daerah yang tidak mampu – karena perbedaan daya beli.

Bahan makanan yang diproduksi berlebih di Australia dan Amerika Utara misalnya, tidak bisa dibeli oleh penduduk di negara-negara yang produksinya sangat rendah di sebagian Afrika Utara dan Afrika Tengah.


Source : Food and Agricultural Organization (FAO)
Yang ironi adalah negeri kita  Indonesia, perhatikan pada peta di samping. Di sisi produksi calorie per capita per hari – Indonesia sejajar dengan Eropa, Australia dan Amerika Utara – yaitu wilayah-wilayah yang memproduksi calorie tertinggi di dunia. Kok kita mengimpor gandum 100%, kedelai, susu, daging dlsb ? Kok masih ada kelaparan di negeri ini ?  Apa yang terjadi ?

Kelebihan produksi calorie tersebut antara lain karena kita memproduksi calorie lebih dari minyak goreng misalnya (minyak sawit), dan juga dari protein hewani berupa sumber-sumber dari laut – yang utamanya untuk pasar ekspor.

Tidak ada masalah sebenarnya bila transaksi ekspor kelebihan produksi kita ini bisa berjalan efisien untuk membeli bahan makanan yang kita masih harus impor. Masalah baru timbul bila terjadi in-efisiensi atau kebocoran selama proses ekspor –impor ini.

Salah satu sumber in-efisiensi perdagangan ekspor impor itu di jaman modern ini terjadi selain oleh penyebab yang jelas seperti biaya pengangkutan dan sejenisnya, juga disebabkan oleh sesuatu yang tersembunyi (hidden) yaitu kebocoran daya beli uang yang digunakan untuk transaksi tersebut.

Kita menjual ikan misalnya ke Jepang, dibayar dengan Dollar. Dollar ini kemudian tersimpan di Cadangan Devisa kita untuk waktu tertentu. Di tengah kita menyimpan Dollar – pihak yang mengelola mata uang Dollar tersebut (yaitu the Fednya Amerika) mengkutak-katik secara kreatif uang Dollar-nya dengan istilah yang keren Quantitative Easing, tahap I,  II sampai ke III. Melalui proses inilah daya beli uang Dollar menurun drastis terhadap kebutuhan riil – meskipun terhadap sesama mata uang kertas nampak masih perkasa.

Yang timbul kemudian adalah barang-barang bahan pangan impor melonjak harganya. Kita mengira karena keterbatasan supply-lah yang membuat harga pangan dunia melonjak, padahal berdasarkan datanya FAO di awal tulisan ini – nampak jelas bahwa produksi pangan dunia sebenarnya lebih dari cukup – bahkan cukup untuk menghidupi lebih dari dua kali penduduk bumi !.

Jadi sebenarnya sangat ironis apa yang dilakukan oleh FAO, bahwa mereka punya data yang begitu jelas masalah supply produksi pangan ini – mereka juga punya data daya beli di masing-masing negara dengan akurat – tetapi lembaga yang kehadirannya dibutuhkan untuk memberi solusi bagi pangan dunia ini nampaknya belum efektif menjalankan misinya sehingga 1 Milyar orang di dunia kini kelaparan.

Kita memang tidak bisa berharap pada lembaga-lembaga internasional seperti FAO ini untuk mengatasi masalah-masalah pangan kita, kita mungkin juga tidak bisa berharap terlalu banyak pada departemen pertanian kita sendiri (ingat masalah kedelai, daging, bawang dan kini cabe !). Tinggal urusannya untuk memberi makan ini, nampaknya memang harus kita emban sendiri.

Yang diperlukan bagi masyarakat adalah bagaimana sedapat mungkin bisa memproduksi bahan-bahan makanan di wilayahnya masing-masing. Dengan cara ini pertama akan diminimalisir inefisiensi perdagangan karena masalah transportasi dan penurunan daya beli selama proses perdagangan, dan yang kedua adalah penciptaan lapangan kerja.

Ketika bahan pangan diproduksi secara cukup dan masyarakatnya memiliki pekerjaan – maka dari kombinasi inilah kecukupan pangan yang sesungguhnya itu bisa dicapai. Saat itulah bahan pangan tersedia (available) dan terjangkau (affordable) oleh seluruh penduduk yang membutuhkannya.

Mudahkah ini ?, tentu tidak mudah. Perjalanan kesana – perjalanan memberi makan di hari kelaparan itu adalah perjalanan mendaki lagi sukar. Hanya bila kita memiliki niat yang sangat kuat, niat untuk mencapai derajat golongan kanan – yang akan bisa membuat kita ikhlas menempuh perjalanan mendaki lagi sukar itu. Insyaallah.

Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar ?....Memberi makan di hari kelaparan…Mereka adalah golongan kanan” (QS 90 : 11-14-18)