Kamis, 06 September 2018

GERAI DINAR PALEMBANG



Gerai Dinar Palembang merupakan agen penjualan dinar di Palembang
Attn : Hengki Irawan/Dian Oktaria
Alamat : Jalan Sultan M. Mansyur No. 889 / 327 Bukit Lama Palembang
Telpon : 0711 441553 / 085273437154 / 085383853521
WA      : 081382111910
Email : hengkiirawan2013@yahoo.com / hengkiirawan2001@gmail.com /antaria1910@yahoo.co.id
http://www.geraidinar.com/


Disruption Theory

Isaac Newton konon pernah berteori '...beri aku tempat di luar bumi untuk berpijak, maka aku akan bisa memindahkan bumi dari tempatnya semula...'. Dia memang tidak bisa membuktikan teorinya ini, tetapi karyanya menjadi dasar dalam perhitungan hampir semua peralatan dan mesin penggerak modern - bahkan namanya diabadikan dalam satuan gaya atau force N= Newton. Saya bukan hendak membahas teori fisika yang njlimet ini, tetapi folosofi yang sama untuk gaya dan daya yang dibutuhkan untuk perubahan besar.
 
Newton yang hendak memindahkan bumi dari tempatnya tersebut, secara teori dapat dilakukan dengan ilustrasi berikut :

 

Bila bisa dibuat tuas pengungkit (lever) yang begitu panjang sehingga bulan bisa dijadikan sebagai ganjal (fulcrum)-nya, bumi di ujung bagian tuas yang pendek dan Newton berdiri di ujung bagian tuas yang panjang - maka dia bisa mengungkit bumi dari tempat dia berdiri. Tetapi tentu ini hanya joke karena tuas tersebut harus begitu panjang sampai menjangkau di luar tata surya kita.

Yang saya ambil dari teori ini adalah filosofi perubahan besar yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang kecil seperti kita-kita ini - yang dalam bahasa startup disebut disruption. Perhatikan ilustrasi di atas khususnya formula ke 4 yaitu W = m.a.d.

Kita akan dapat memiliki disruptive power atau daya yang dibutuhkan untuk mampu melakukan perbahan besar (W) bila kita ada massa - sesuatu hasil karya yang berbobot atau berkwalitas (m), ada percepatan penyebarannya atau bahasa sekarang percepatan viral-nya (a), dan ada jangkauan atau cakupan penggunaan atau manfaat yang luas (d).

Nah sekarang formula W=m.a.d atau yang saya sebut Disruption Theory ini bisa diaplikasikan terhadap perbagai perubahan besar yang kita inginkan untuk terjadi. Bisa untuk dunia politik, bisnis, lingkungan, public services, keamanan dunia dlsb.

Di dunia politik misalnya, tahun depan adalah tahun pesta demokrasi yang massive baik legislatif maupun eksekutif, daerah maupun pusat. Semua kecap no 1, semua kandidat merasa dialah yang paling baik. Kita yang dijadikan target pasar para politikus untuk menjajakan barag dagangannya, tidak perlu Baper yang mengganggu silaturahim antar sesama - cukup menilai para kandidat dengan formula W=m.a.d tersebut di atas.

Pertama adalah apakah para kandidat tersebut memiliki track record karya yang berkwalitas di bidang perubahan besar yang dia janjikan, kedua adalah apakah karya tersebut dapat terakselerasi penyebarannya, dan apakah manfaat dari karya tersebut akan dapat dirasakan oleh rakyat secara luas. Kalau perlu masing-masing diberi angka, sehingga pilihan kita tinggal mengalikan antara m, a dan d dari masing-masing kandidat.

Aplikasi formula di dunia usaha bisa banyak kita lihat dari model-model bisnis yang disruptive dalam daswarsa terakhir. Google, Facebook, Whatsup, Twitter dlsb. mengapa mereka begitu dominan merubah peradaban dunia ? yang memang karya mereka berkwalitas (m) - Anda yang sudah menggunakannya , tidak bisa berhenti menggunakannya. Karya mereka menyebar terakselerasi sangat cepat (a) dan manfaatnya-pun memang dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia (d) - well tentu juga termasuk dampat mudharat-nya.

Formula yang sama seharusnya bisa kita gunakan untuk memperbaiki lingkungan kehidupan yang rusak di bumi ini. Tinggal yang dibutuhkan adalah contoh karya yang bener-bener bagus dan efektif mengatasi masalah yang ada (m), kemudian dapat di-viral-kan dengan cepat (a) dan contoh tersebut bisa diaplikasikan  seluas mungkin di seluruh dunia (d).

Bila ini dapat dilakukan, maka teori Isaac Newton tersebut di atas akan bisa dibuktikan. Bukan untuk mengungkit atau memindahkan bumi dari tempatnya semula, tetapi justru untuk mengembalikan bumi ke dalam keseimbangan alam semesta yang semula.

Bahwa manusia kecil ini bisa mengganggu keseimbangan alam semesta, beritanya sudah turun dari Sang Maha Pencipta langsung. Di surat Ar-Rahman ayat 8 Allah berfirman : " Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu ". Tetapi tugas untuk menjaga keseimbangan ini-pun diserahkan kepada manusia ini, di ayat selanjutnya Ar-Rahman ayat 9 : " Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan kamu jangan mengurangi keseimbangan itu".

Maka bila Newton berteori bisa mengungkit atau memindahkan bumi dari tempatnya semula, kita bukan hanya berteori - kita benar-benar berpeluang untuk dapat menjaga bumi agar tetap seimbang di tempatnya semula - di alam semesta yang sangat besar dan terus membesar sejak peristiwa big bang belasan milyar tahun silam. Inipun dikabarkan di Surat
Ar-Rahman ayat 7 : " Dan langit telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan ".

Lantas bagaimana manusia makhluk yang sangat kecil ini dapat berperan dalam menegakkan keseimbangan di alam semesta yang amat sangat besar tersebut di atas ? kembali ke formula W=m.a.d tersebut di atas.

Kita harus bisa memiliki karya yang bener-bener bagus - amal saleh yang Dia ridlo atasnya (m), maka Dia pula yang akan 'mem-viral-kan'nya di antara para malaikatNya - bahwa si fulan telah berbuat kebaikan ini dan itu - maka viral-lah karya itu diantara para malaikat (a). Lantas apa 'd'-nya ? kembali ke ilustrasi di atas, 'd' adalah distance - jarak atau tempat berpijak atau sesuatu yang berada pada tempatnya.

Menempatkan sesuatu pada tempatnya ini adalah pengertian adil, itulah sebabnya mengapa tugas menegakkan keseimbangan di alam semesta tersebut hanya bisa dilakukan dengan keadilan (QS 55:9) di atas. Responsible Consumption and Production (SDGs no 12) adalah salah satu contoh kecil dari sikap adil di alam, tetapi inti dari keseimbangan di alam akan tercapai bila manusia berbuat baik atau amal saleh yang kemudian diikuti oleh orang lain berbuat yang baik pula - viral dan dia berlaku adil. InsyaAllah



PILIHAN INVESTASI EMAS
KOIN EMAS, EMAS LANTAKAN ATAU EMAS PERHIASAN
Ketiga-tiganya tentu memiliki kesamaan karena bahannya memang sama. Kesamaan tersebut terletak pada keunggulan investasi tiga bentuk emas ini yaitu semuanya memiliki nilai nyata (tangible), senilai benda fisiknya (intrinsic) dan dan nilai yang melekat/bawaan pada benda itu (innate). Ketiga keunggulan nilai ini tidak dimiliki oleh investasi bentuk lain seperti saham, surat berharga dan uang kertas. Default value (nilai asal) dari investasi emas tinggi – kalau tidak ada campur tangan berbagai pihak dengan kepentingannya sendiri-sendiri otomatis nilai emas akan kembali ke nilai yang sesungguhnya – yang memang tinggi. Sebaliknya default value (nilai) uang kertas, saham, surat berharga mendekati nol , karena kalau ada kegagalan dari pihak yang mengeluarkannya untuk menunaikan kewajibannya –uang kertas, saham dan surat berharga menjadi hanya senilai kayu

Nah sekarang sama-sama investasi emas, mana yang kita pilih ? Koin Emas, Emas Lantakan atau Perhiasan ? Disini saya berikan perbandingannya saja yang semoga objektif sehingga pembaca bisa memilih sendiri - Agar keputusan Anda tidak terpengaruh oleh pendapat saya – karena kalau pendapat saya tentu ke Dinar karena inilah yang saya masyarakatkan.

Kelebihan Dinar :
1. Memiliki sifat unit account ; mudah dijumlahkan dan dibagi. Kalau kita punya 100 Dinar – hari ini mau kita pakai 5 Dinar maka tinggal dilepas yang 5 Dinar dan di simpan yang 95 Dinar.
2. Sangat liquid untuk diperjual belikan karena kemudahan dibagi dan dijumlahkan di atas.
3. Memiliki nilai da’wah tinggi karena sosialisasi Dinar akan mendorong sosialisasi syariat Islam itu sendiri. Nishab Zakat misalnya ditentukan dengan Dinar atau Dirham - umat akan sulit menghitung zakat dengan benar apabila tidak mengetahui Dinar dan Dirham ini.
4. Nilai Jual kembali tinggi, mengikuti perkembangan harga emas internasional; hanya dengan dikurangkan biaya administrasi dan penjualan sekitar 4% dari harga pasar. Jadi kalau sepanjang tahun lalu Dinar mengalami kenaikan 31 %, maka setelah dipotong biaya 4 % tersebut hasil investasi kita masih sekitar 27%.
5. Mudah diperjual belikan sesama pengguna karena tidak ada kendala model dan ukuran.

Kelemahan Dinar :
1. Di Indonesia masih dianggap perhiasan, penjual terkena PPN 10% (Sesuai KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/KMK.03/2002 bisa diperhitungkan secara netto antara pajak keluaran dan pajak masukan toko emas maka yang harus dibayar ‘toko emas’ penjual Dinar adalah 2%).
2. Ongkos cetak masih relatif tinggi yaitu berkisar antara 3% - 5 % dari nilai barang tergantung dari jumlah pesanan.

Kelebihan Emas Lantakan :
1. Tidak terkena PPN
2. Apabila yang kita beli dalam unit 1 kiloan – tidak terkena biaya cetak
3. Nilai jual kembali tinggi.

Kelemahan Emas Lantakan :
1. Tidak fleksibel; kalau kita simpan emas 1 kg, kemudian kita butuhkan 10 gram untuk keperluan tunai – tidak mudah untuk dipotong. Artinya harus dijual dahulu yang 1 kg, digunakan sebagian tunai – sebagian dibelikan lagi dalam unit yang lebih kecil – maka akan ada kehilangan biaya penjualan/adiminstrasi yang beberapa kali.
2. Kalau yang kita simpan unit kecil seperti unit 1 gram, 5 gram, 10 gram – maka biaya cetaknya akan cukup tinggi.3. Tidak mudah diperjual belikan sesama pengguna karena adanya kendala ukuran. Pengguna yang butuh 100 gram, dia tidak akan tertarik membeli dari pengguna lain yang mempunyai kumpulan 10 gram-an. Pengguna yang akan menjual 100 gram tidak bisa menjual ke dua orang yang masing-masing butuh 50 gram dst.

Kelebihan Emas Perhiasan :
1. Selain untuk investasi, dapat digunakan untuk keperluan lain – dipakai sebagai perhiasan.Kelemahan Perhaiasn :
1. Biaya produksi tinggi
2. Terkena PPN
3. Tidak mudah diperjual belikan sesama pengguna karena kendala model dan ukuran.
Dari perbandingan-perbandingan tersebut, kita bisa memilih sendiri bentuk investasi emas yang mana yang paling tepat untuk kita. Wallahu A'lam.
by M. Iqbal (www.geraidinar.com)

Water Crisis in Best Islands of the World

Publikasi terkemuka industri wisata dunia Travel+Leisure bulan lalu menyajikan pilihan para pembacanya untuk pulau-pulau terbaik di dunia. Top three dari 15 pulau terbaik dunia, ketiganya adalah pulau-pulau di Indonesia yang berdampingan satu sama lain yaitu no 1 Jawa, no 2 Bali dan no 3 Lombok. Ini kesempatan Indonesia untuk mempromosikan industri  pariwisatanya secara massif, namun lebih dari itu - ini juga kesempatan bagi kita semua untuk menyadarkan dunia akan isu lingkungan wa bil khusus - masalah ketersediaan air bersih untuk kelangsungan kehidupan kita di bumi ini.

Selama setengah abat terakhir, sumber daya air - renewable internal freshwater resources - di Indonesia menurut data Bank Dunia turun dari angka 21 ribuan meter kubik per kapita, angka itu kini tinggal di kisaran 7,000-an.

Angka tersebut sebenarnya masih cukup tinggi. namun masalahnya sekitar 60% penduduk Indonesia justru tinggal di tiga pulau terbaik tersebut di atas yaitu Jawa, Bali dan Lombok - dimana sumber daya air yang tersedia hanya sekitar 4% dari seluruh sumber daya air tawar yang ada di Indonesia.


Krisis air di pulau-pulau terindah

Bayangkan sekarang, 60 % penduduk Indonesia atau sekitar 160 juta penduduk yang masing-masing hanya ada cadangan air tawar di kisaran 500-an meter kubik per kepala - dan angka ini terus menurun - di tengah jumlah penduduk di tiga pulau tersebut justru mengalami peningkatan yang paling tinggi oleh sebab kelahiran plus arus urbanisasi.

Penurunan cadangan air tawar terus menerus terjadi karena kerusakan daerah aliran sungai, degradasi lingkungan, berkurangnya daerah resapan air hujan, tingginya tingkat pencemaran dan yang tidak kalah menyedihkannya adalah rendahnya budaya sadar lingkungan - khususnya kesadaran untuk menghemat dan menjaga kelangsungan ketersediaan air untuk kita semua.

Rendahnya budaya sadar lingkungan khususnya air ini tidak hanya melanda individu, tetapi juga korporasi. Di bukit tempat kami ber-exercise secara kecil-kecilan dalam beberapa hektar saja - cikal bakal dari Biosphore Project, menanam berbagai jenis pepohonan jangka panjang untuk menyelamatkan air dan udara - di bawah bukitnya secara sangat massif dalam skala ribuan hektar seluruh pohon diratakan dengan tanah - untuk alasan pembangunan perumahan. Inilah miniatur dari kita, amat kecil kekuatan untuk menanam itu dibangdingkan dengan kekuatan besar yang menebangnya !

Dampak dari ini semua, kini sekitar 77 % kabupaten atau kota di tiga pulau tersebut telah mengalami defisit air antara 1 bulan sampai 8 bulan setiap tahunnya. Lima tahun menjelang target SDG no 6 yaitu semua penduduk di dunia harus punya akses terhadap air bersih dan sanitasi (2030),  tepatnya pada tahun 2025 diperkirakan penduduk di 78.4 % kabupaten dan kota di pulau-pulau terbaik tersebut justru mengalami defisit air dari satu bulan sampai 12 bulan. Daerah yang mengalami defisit air 12 bulan setiap tahunnya berarti telah mengalami defisit air secara permanen !

 Lantas apa yang dapat kita lakukan di tengah crisis air yang sangat imminent tersebut ?, pertama yang jelas semua penyebab penurunan sumber daya air tawar tesebut harus dihentikan, harus ada kebijakan pemerintah yang tegas untuk ini.

Kedua harus ada upaya me-recover sumber daya air tersebut semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan. Project 'O' atau Offset dari Biosphere dengan gerakan menanam bambu secara massif adalah salah satu upaya minimal yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan air untuk kehidupan ini.

Sebagaimana pusat krisis air utamanya di Jawa, Bali dan Lombok atau Nusa Tenggara secara keseluruhan - maka Biosphere Project juga akan menyasar pulau-pulau terbaik ini sebagai target area yang akan di-recover sumber daya airnya lebih dahulu.

Gerakan ini nantinya bisa diikuti oleh sponsor/investor pribadi setelah semuanya siap, untuk saat ini yang kami buka dahulu adalah kesempatan korporasi atau institusi yang concern terhadap lingkungan - Anda sudah dapat berkomunikasi dengan kami lebih dahulu bila berminat.

Di dunia startup, problem besar identik dengan peluang besar - maka bagi para startupers bila startup Anda melirik environment impact sebagai targetnya - Anda juga sudah dapat berkomunikasi dengan kami untuk kemungkinan kolaborasinya. InsyaAllah.

 

Currency Risk, More Then Earthquake Risk !

Saat ini kita menggunakan Rupiah, Dollar, Euro, Riyal dlsb. dan mengira itulah uang. Apa yang kita kenal sebagai uang ini sesungguhnya hanyalah currency atau alat tukar sesaat. Untuk menjadi uang yang sesungguhnya, sesuatu itu harus bisa memerankan tiga hal sekaligus yaitu medium of exchange, unit of account dan store of value. Rupiah, Dollar, Euro dlsb, tidak bisa memerankan ketiga fungsi tersebut karena nilainya terus menyusut. Sesuatu yang menyusut tidak bisa menjadi unit of account, apalagi store of value. Jadi apa yang bisa berperan menjadi uang yang sesungguhnya ?

Bahkan sebagai medium of exchange-pun currency manapun perlu terus diwaspadai karena selalu ada resiko sewaktu-waktu nilainya berubah total, dan ini bisa saja terjadi secara global atau yang dikenal sebagai global currency reset.

Dalam sejarah uang misalnya, berapa lama sih usia Rupiah, Dollar, Deutsche Mark-nya Jerman ? Rupiah keberadaannya kurang lebih seusia republic ini, itupun Rupiah tahun 50-60-an jelas sangat berbeda dengan Rupiah sekarang – karena tahun 1965-1966 rupiah di-reset nilainya dengan menghilangkan tiga angka nol atau saat itu dikenal dengan sanering.

Negeri adidaya teknologi seperti Jerman-pun uangnya terus berubah sejak Perang Dunia 1, Weimer Republic dan Perang Dunia II. Dan uang kebanggaan mereka Deutsche Mark-pun akhirnya berakhir dengan berlakunya Euro sekitar 15 tahun lalu.

Dollar yang perkasa hingga kini keberadaannya baru sekitar seratus tahun dan daya belinya-pun terus berubah. Dollar sekarang jelas berbeda dengan Dollar sebelum 1971 ketika Dollar mulai dilepas dari ikatannya terhadap emas.

Walhasil uang yang kita kenal adalah currency – yang hanya berlaku selama periode tertentu – dan sewaktu-waktu bisa mengalami perubahan, baik yang sifatnya gradual melalui inflasi, maupun yang sifatnya mendadak seperti devaluasi, sanering atau yang lagi ramai dibicarakan secara global sekarang adalah apa yang disebut global currency reset – yaitu resiko dadakan bila sejumlah negara tiba-tiba harus menurunkan atau mengubah daya beli uangnya.

Apa resiko yang bisa menimpa kita bila ini terjadi ? Di negeri ini setidaknya kita sudah pernah mengalaminya dua kali. Yaitu ketika terjadi sanering 1965/1966 dan ketika daya beli uang kita turun tinggal ¼-nya terhadap Dollar dan mata uang kuta lainnya pada krisis moneter 1997/1998.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa resiko currency reset secara global memang ada, dan resikonya bahkan lebih besar dari resiko gempa bumi baik dari sisi severity maupun dari sisi frequency-nya.

Di ilmu saya yang lama – ketika saya membuat produk asuransi gempa bumi – misalnya. Produk ini sangat laris dan hampir semua gedung bertingkat di Jakarta dan kota-kota besar pasti membelinya. Bisa karena kesadaran sendiri, atau karena diharuskan oleh bank yang membiayai gedung-gedung tersebut – yang semuanya takut akan resiko gempa bumi.

Bagaimana industri asuransi menyiapkan proteksi-nya agar bila terjadi sesuatu yang sangat besar mereka tetap bisa membayarnya ? Mereka bekerjasama dengan berbagai industri asuransi dan reasuransi dalam dan luar negeri untuk menyediakan proteksi dengan nilai yang diperkirakan cukup. Berapa nilai yang dianggap cukup itu ?

Mereka membuat skenario berdasarkan frequency – kemungkinan terjadinya suatu resiko, dan berdasarkan severity – tingkat kerusakan bila resiko itu bener-bener terjadi. Frequency yang diambil biasanya atas gempa bumi dalam siklus tertentu seperti siklus 100 tahunan dst. Sedangkan severity, biasanya diambil dalam persentase kerusakan tertentu misalnya 15 % -30 %.

Semakin tinggi frequency (semakin dekat dari satu kejadian ke kejadian lainnya) dan semakin tinggi severity – akan melonjakkan biaya asuransi atau yang dikenal sebagai premi.

Nah sekarang dengan teori resiko tersebut, bagaimana kalau kita terapkan terhadap resiko yang kita hadapi berupa currency reset, devaluasi, sanering atau apapun namanya ? Dalam 50 tahun terakhir kita mengalami dua kali kejadian yaitu sanering 1965/1966 dan krismon 1997/1998. Artinya frequency rata-rata kita sekitar 25 tahun-an  atau jauh lebih cepat dari frequency gempa bumi yang digunakan dasar perhitungan di industri asuransi !

Dari sisi severity, tidak terhitung kerugian kita ketika uang Rp 1,000 kita menjadi uang Rp 1,- seperti tahun 1965/1966. Yang lebih mudah dihitung adalah ketika property gedung-gedung di Jakarta dan di Indonesia pada umumnya, nilainya dalam Dollar turun menjadi sekitar ¼-nya pada tahun 1997/1998. Artinya kerugian dalam Dollar yang dialami para pemilik gedung tersebut adalah 75% saat itu ! lagi-lagi jauh lebih tinggi dari PML (Possible Maximum Loss)-nya gempa bumi dasyat yang diperkirakan di kisaran 15% - 30 % tingkat kerusakan !

Gedung-gedung tersebut memang akhirnya masih exist tegak berdiri, tetapi pemilik gedung atau pemilik usahanya bahkan telah begitu banyak yang pindah ke tangan-tangan asing yang uangnya tidak ter-devaluasi seperti yang kita alami tahun 1997/1998.

Para pemilik gedung atau bangunan bisa membeli produk asuransi untuk memproteksi resiko gempa bumi. Tetapi apakah mereka bisa memproteksi terhadap resiko yang lebih dasyat dari gempa bumi tersebut ?

Ternyata mayoritas kita tidak aware masalah resiko yang sangat besar berupa potensi hilangnya daya beli kita sewaktu-waktu ini. Padahal bila mengambil frequency resiko kita yang berulang di kisaran angka 25 tahun tersebut, kini kita sudah berjalan mendekati  20 tahun sejak 1997  - artinya resiko besar itu bisa saja mengancam kita dalam kisaran lima tahun lagi !

So what ? what we can do ? beli asuransi ? – tidak ada yang mampu menyediakan proteksi untuk currency risk ini. Tetapi Alhamdulillah kita diberi solusi olehNya langsung.


5 Silver Dirham, available at this site now.
Yaitu uang kita namanya disebutkan di Al-Qur’an yaitu Dinar emas di surat Ali Imron ayat 75,  dan Dirham perak yang disebut di dua ayat yaitu di Surat Yusuf ayat 20 dan tepat di tengah-tengah Al-Qur’an di surat Al-Kahfi ayat 19. Tidak hanya emas dan perak, uang kita bisa berupa benda-benda riil yang kita butuhkan sehari-hari. Perhatikan hadits berikut :

Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, beras gandum dengan beras gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dari tangan ke tangan (tunai). Jika jenis barang tadi berbeda, maka silakan engkau mempertukarkannya sesukamu, sejauh  dilakukan dari tangan ke tangan (tunai)” (HR. Muslim)

Jadi kita tidak perlu membeli asuransi untuk menghadapi currency risk yang lebih dasyat dari gempa bumi, ayat dan hadits tersebut di atas adalah solusinya. Solusi itu ada di Dinar emas, Dirham perak, bahan pangan kita, bibit-bibit tanaman kita dan segala kebutuhan kita lainnya yang memang membawa nilai intrinsic-nya masing-masing – true value yang tidak akan terpengaruh oleh nilai currency.

Dan ini juga terbukti di jaman ini, ketika terjadi krisis financial hebat di Argentina tahun 2001 masyarakatnya mengembangkan kearifan lokal dengan menanam apa saja di halaman rumahnya. Hasilnya kemudian bisa di-barter dengan kebutuhan lain dengan masyarakat lainnya. Ketika tahun 2014 krisis yang sama berulang di negeri tersebut, masyarakat sudah pengalaman dalam mensikapinya.

Apakah kita siap bila krisis yang sama tahun 1997/1998 berulang di kita ? Dengan membaca tulisan inipun dan kemudian menindak lanjutinya dengan langkah konkrit di sini dan saat ini juga, maka insyaAllah kita juga siap !