Golongan Kanan Yang Memberi Makan …
- Kategori : Ekonomi Makro
- Published on Tuesday, 26 March 2013 09:16
- Oleh : Muhaimin Iqbal
Di situs resminya Food and Agricultural Organization (FAO),
ada dimuat sebuah dokumen yang berjudul “Feeding The World” – memberi
makan bagi dunia. Yang menarik dalam dokumen tersebut terungkap bahwa,
bila produksi makanan di seluruh dunia didistribusikan merata – maka
setiap orang di dunia akan mendapatkan jatah 5,359 kcal/ hari. Padahal kebutuhan calorie rata-rata menurut UK Health Department misalnya
bagi wanita hanya 1,940 kcal/hari dan 2,550 kcal/hari untuk pria. Jadi
produksi makanan di dunia sebenarnya cukup untuk memberi makan lebih
dari dua kali penduduk dunia saat ini !
Tetapi
mengapa kenyataannya sekarang ada sekitar 1 milyar penduduk dunia
kelaparan ? Rupanya bukan pada masalah kekurangan produksi sebenarnya,
tetapi lebih kepada masalah distribusi. Bahan makanan diproduksi secara
berlebih di daerah yang mampu, kurang tersalurkan secara efektif ke
daerah yang tidak mampu – karena perbedaan daya beli.
Bahan
makanan yang diproduksi berlebih di Australia dan Amerika Utara
misalnya, tidak bisa dibeli oleh penduduk di negara-negara yang
produksinya sangat rendah di sebagian Afrika Utara dan Afrika Tengah.
Kelebihan
produksi calorie tersebut antara lain karena kita memproduksi calorie
lebih dari minyak goreng misalnya (minyak sawit), dan juga dari protein
hewani berupa sumber-sumber dari laut – yang utamanya untuk pasar
ekspor.
Tidak
ada masalah sebenarnya bila transaksi ekspor kelebihan produksi kita
ini bisa berjalan efisien untuk membeli bahan makanan yang kita masih
harus impor. Masalah baru timbul bila terjadi in-efisiensi atau
kebocoran selama proses ekspor –impor ini.
Salah
satu sumber in-efisiensi perdagangan ekspor impor itu di jaman modern
ini terjadi selain oleh penyebab yang jelas seperti biaya pengangkutan
dan sejenisnya, juga disebabkan oleh sesuatu yang tersembunyi (hidden)
yaitu kebocoran daya beli uang yang digunakan untuk transaksi tersebut.
Kita
menjual ikan misalnya ke Jepang, dibayar dengan Dollar. Dollar ini
kemudian tersimpan di Cadangan Devisa kita untuk waktu tertentu. Di
tengah kita menyimpan Dollar – pihak yang mengelola mata uang Dollar
tersebut (yaitu the Fednya Amerika) mengkutak-katik secara kreatif uang
Dollar-nya dengan istilah yang keren Quantitative Easing, tahap I, II
sampai ke III. Melalui proses inilah daya beli uang Dollar menurun
drastis terhadap kebutuhan riil – meskipun terhadap sesama mata uang
kertas nampak masih perkasa.
Yang timbul kemudian adalah barang-barang bahan pangan impor melonjak harganya. Kita mengira karena keterbatasan supply-lah
yang membuat harga pangan dunia melonjak, padahal berdasarkan datanya
FAO di awal tulisan ini – nampak jelas bahwa produksi pangan dunia
sebenarnya lebih dari cukup – bahkan cukup untuk menghidupi lebih dari
dua kali penduduk bumi !.
Jadi
sebenarnya sangat ironis apa yang dilakukan oleh FAO, bahwa mereka
punya data yang begitu jelas masalah supply produksi pangan ini – mereka
juga punya data daya beli di masing-masing negara dengan akurat –
tetapi lembaga yang kehadirannya dibutuhkan untuk memberi solusi bagi
pangan dunia ini nampaknya belum efektif menjalankan misinya sehingga 1
Milyar orang di dunia kini kelaparan.
Kita
memang tidak bisa berharap pada lembaga-lembaga internasional seperti
FAO ini untuk mengatasi masalah-masalah pangan kita, kita mungkin juga
tidak bisa berharap terlalu banyak pada departemen pertanian kita
sendiri (ingat masalah kedelai, daging, bawang dan kini cabe !). Tinggal
urusannya untuk memberi makan ini, nampaknya memang harus kita emban
sendiri.
Yang
diperlukan bagi masyarakat adalah bagaimana sedapat mungkin bisa
memproduksi bahan-bahan makanan di wilayahnya masing-masing. Dengan cara
ini pertama akan diminimalisir inefisiensi perdagangan karena masalah
transportasi dan penurunan daya beli selama proses perdagangan, dan yang
kedua adalah penciptaan lapangan kerja.
Ketika
bahan pangan diproduksi secara cukup dan masyarakatnya memiliki
pekerjaan – maka dari kombinasi inilah kecukupan pangan yang
sesungguhnya itu bisa dicapai. Saat itulah bahan pangan tersedia
(available) dan terjangkau (affordable) oleh seluruh penduduk yang
membutuhkannya.
Mudahkah
ini ?, tentu tidak mudah. Perjalanan kesana – perjalanan memberi makan
di hari kelaparan itu adalah perjalanan mendaki lagi sukar. Hanya bila
kita memiliki niat yang sangat kuat, niat untuk mencapai derajat
golongan kanan – yang akan bisa membuat kita ikhlas menempuh perjalanan
mendaki lagi sukar itu. Insyaallah.
“Maka
tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar
?....Memberi makan di hari kelaparan…Mereka adalah golongan kanan” (QS 90 : 11-14-18)